12/01/16
Home »
Stilistika
» STELISTIKA AL-QUR’AN
STELISTIKA AL-QUR’AN
oleh :
Muhammad
Sayyidul Arwan 13110026
A.
Perbandingan
(Tamtsil)
1.
Perumpamaan
adalah Perumpamaan atau persamaan adalah
perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita
anggap sama.
a.
مَثَلُ ٱلَّذِينَ حُمِّلُواْ ٱلتَّوۡرَىٰةَ ثُمَّ لَمۡ يَحۡمِلُوهَا
كَمَثَلِ ٱلۡحِمَارِ يَحۡمِلُ أَسۡفَارَۢاۚ بِئۡسَ مَثَلُ ٱلۡقَوۡمِ ٱلَّذِينَ
كَذَّبُواْ بَِٔايَٰتِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Perumpamaan
orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya
adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya
perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi
petunjuk kepada kaum yang zalim. (Al-Jumu`ah 5)
Penjelasan
: Dalam ayat al Qur’an ini menyerupakan kaum yang mendustakan ayat allah dengan
keledai yang membawa kitab. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa perumpamaan.
b.
مَثَلُهُمۡ كَمَثَلِ ٱلَّذِي ٱسۡتَوۡقَدَ نَارٗا فَلَمَّآ أَضَآءَتۡ
مَا حَوۡلَهُۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ بِنُورِهِمۡ وَتَرَكَهُمۡ فِي ظُلُمَٰتٖ لَّا
يُبۡصِرُونَ
Perumpamaan
mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (Al-Baqarah 17)
Penjelasan
: Ayat ini mengumpamakan tentang kaum yang kehilangan kebaikan dengan
diumpamakan kaum yang kehilangan api sebagai sumber cahaya. Gaya bahasa ini
termasuk gaya bahasa perumpamaan.
c.
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسۡتَحۡيِۦٓ أَن يَضۡرِبَ مَثَلٗا مَّا بَعُوضَةٗ
فَمَا فَوۡقَهَاۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ
مِن رَّبِّهِمۡۖ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ
ٱللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلٗاۘ يُضِلُّ بِهِۦ كَثِيرٗا وَيَهۡدِي بِهِۦ كَثِيرٗاۚ
وَمَا يُضِلُّ بِهِۦٓ إِلَّا ٱلۡفَٰسِقِينَ
Sesungguhnya
Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari
itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu
benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah
maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu
banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak
orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali
orang-orang yang fasik, (Al-Baqarah 26)
Penjelasan
: Allah mengumpamakan seseorang yang disesatkan sepertihalnya Nyamuk atau denga
hal yang palng rendah lagi. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa perumpamaan.
d.
وَلَوۡ شِئۡنَالَرَفَعۡنَٰهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُۥٓ أَخۡلَدَ إِلَى
ٱلۡأَرۡضِ وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُۚ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ ٱلۡكَلۡبِ إِن تَحۡمِلۡ
عَلَيۡهِ يَلۡهَثۡ أَوۡ تَتۡرُكۡهُ يَلۡهَثۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ ٱلۡقَوۡمِ ٱلَّذِينَ
كَذَّبُواْ بَِٔايَٰتِنَاۚ فَٱقۡصُصِ ٱلۡقَصَصَ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ
Dan
kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya
yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya
diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
(juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
(Al-'A`rāf 176)
Penjelasan
: Dalam Ayat ini mrngumpamakan bahawa orang yang dusta itu seperti anjing. Gaya
bahasa ini termasuk gaya bahasa perumpamaan.
2.
Personifikasi
adalah jenis majaz yang melekatkan sifat-sifat
insani kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang Abstrak.
a.
وَأَلۡقَىٰ فِي ٱلۡأَرۡضِ رَوَٰسِيَ أَن تَمِيدَ بِكُمۡ وَأَنۡهَٰرٗا
وَسُبُلٗا لَّعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
Dan
Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama
kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat
petunjuk, (An-Naĥl 15 )
Penjelasan
: Lafal goncang digunakan sebagai aktifitas gunung. Gaya bahasa ini termasuk
gaya bahasa personifikasi.
b.
أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يَسۡجُدُۤ لَهُۥۤ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ
وَمَن فِي ٱلۡأَرۡضِ وَٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُ وَٱلنُّجُومُ وَٱلۡجِبَالُ
وَٱلشَّجَرُ وَٱلدَّوَآبُّ وَكَثِيرٞ مِّنَ ٱلنَّاسِۖ
Apakah
kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di
bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang
melata dan sebagian besar daripada manusia? (Al-Ĥaj 18)
Penjelasan
: Pemakaian lafal bersujud yang sering digunakan untuk manusia, ini diguakan
sebagai aktifitas alam. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa personifikasi.
c.
إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ
وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَهَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا
ٱلۡإِنسَٰنُۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومٗا جَهُولٗا
Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu amat zalim dan amat bodoh, (Al-'Aĥzāb 72)
Penjelasan
: Dalam ayat ini lafal memikiul digunakan sebagai pekerjaan alam. Gaya bahasa
ini termasuk gaya bahasa personifikasi.
3.
Depersonifikasi yaitu
kebalikan dari gaya bahasa personifikasi, seperti andai kamu menjadi langit,
maka aku menjadi tanahnya. (kata yang dipakai, andai, kalau, jika, jikalau,
bila, sekiranya, umpama).
4.
Antitesis
adalah sejenis gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau
perbandingan antara dua antonim.
a.
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ
لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ
Sesungguhnya
orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu
beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. (Al-Baqarah 6)
Penjelasan
: Allah menggunakan lafal memeri peringatan dengan negasinya dalam satu ayat.
Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa antithesis.
b.
وَقَالَتِ ٱلۡيَهُودُ لَيۡسَتِ ٱلنَّصَٰرَىٰ عَلَىٰ شَيۡءٖ وَقَالَتِ
ٱلنَّصَٰرَىٰ لَيۡسَتِ ٱلۡيَهُودُ عَلَىٰ شَيۡءٖ وَهُمۡ يَتۡلُونَ ٱلۡكِتَٰبَۗ
كَذَٰلِكَ قَالَ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ مِثۡلَ قَوۡلِهِمۡۚ فَٱللَّهُ يَحۡكُمُ
بَيۡنَهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ فِيمَا كَانُواْ فِيهِ يَخۡتَلِفُونَ
Dan
orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu
pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak
mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab.
Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan
mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang
apa-apa yang mereka berselisih padanya. (Al-Baqarah 113)
Penjelasan
:Pertentangan dua ungakapan yang digunakan oleh kedua kaum tapi pada hakeketnya
ungkapan tersebut bertentang dengan kenyataan. Gaya bahasa ini termasuk gaya
bahasa antithesis.
c.
قُل لَّا يَسۡتَوِي ٱلۡخَبِيثُ وَٱلطَّيِّبُ
Katakanlah:
"Tidak sama yang buruk dengan yang baik, (Al-Mā'idah 100)
Penjalasan
: penggunaan lafal buruk dan baik pada satu kalimat. Gaya bahasa ini termasuk
gaya bahasa antithesis.
B.
Gaya
Bahasa Pertentangan
1.
Hiperbola (Mubalaghah)
yaitu sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan
jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada sesuatu
atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya, (bisa pada
kata-kata, frase atau kalimat). Hiperbola suatu gaya bahasa yang
berlebih-lebihan yang direntangpanjangkan.
a.
أَوۡ كَظُلُمَٰتٖ فِي بَحۡرٖ لُّجِّيّٖ يَغۡشَىٰهُ مَوۡجٞ مِّن
فَوۡقِهِۦ مَوۡجٞ مِّن فَوۡقِهِۦ سَحَابٞۚ ظُلُمَٰتُۢ بَعۡضُهَا فَوۡقَ بَعۡضٍ
إِذَآ أَخۡرَجَ يَدَهُۥ لَمۡ يَكَدۡ يَرَىٰهَاۗ وَمَن لَّمۡ يَجۡعَلِ ٱللَّهُ
لَهُۥ نُورٗا فَمَا لَهُۥ مِن نُّورٍ
Atau
seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-bertindih, apabila Dia mengeluarkan tangannya, Tiadalah Dia dapat
melihatnya, (dan) Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh
Allah Tiadalah Dia mempunyai cahaya sedikitpun. (an-Nur 40)
Penjelasan
: Allah menggambarkan kehebatan tangan nabi musa dengan sangat mengesankan.
Yang mana tangan nabi musa bias menyinari hal yang sangat gelap. Gaya bahasa
ini termasuk gaya bahasa hiperbola.
b.
وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَعۡمَٰلُهُمۡ كَسَرَابِۢ بِقِيعَةٖ
يَحۡسَبُهُ ٱلظَّمَۡٔانُ مَآءً حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَهُۥ لَمۡ يَجِدۡهُ شَيۡٔٗا
وَوَجَدَ ٱللَّهَ عِندَهُۥ فَوَفَّىٰهُ حِسَابَهُۥۗ وَٱللَّهُ سَرِيعُ ٱلۡحِسَابِ
Dan
orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya
air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan)
Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan
cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya (an-Nur 39)
Penjelasan
: Dalam ayat tersebut allah menggambarkan amalan orang kafir itu seperti
fatamorgana dan jga digambarkan dengan lainnya, yang mana gambaran tersebut
mendayun-dayun dan berlebih-lebihan. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa
hiperbola.
c.
إِذَا زُلۡزِلَتِ ٱلۡأَرۡضُ
زِلۡزَالَهَا
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang
dahsyat (az-Zalzalah 1)
Penjelasan : Penggambaran guncangan dalam ayat ini
dengan gambaran guncangan yang dahsyat dan ditambahkan gambaran yg
memberat-beratkan kejadiannya di ayat selanjutnya. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa hiperbola.
d.
ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ مَثَلُ نُورِهِۦ
كَمِشۡكَوٰةٖ فِيهَا مِصۡبَاحٌۖ ٱلۡمِصۡبَاحُ فِي زُجَاجَةٍۖ ٱلزُّجَاجَةُ
كَأَنَّهَا كَوۡكَبٞ دُرِّيّٞ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٖ مُّبَٰرَكَةٖ زَيۡتُونَةٖ لَّا
شَرۡقِيَّةٖ وَلَا غَرۡبِيَّةٖ يَكَادُ زَيۡتُهَا يُضِيٓءُ وَلَوۡ لَمۡ تَمۡسَسۡهُ
نَارٞۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٖۚ يَهۡدِي ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَيَضۡرِبُ
ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَٰلَ لِلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ
Allah (pemberi) cahaya kepada langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang didalamnya
ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca dn tabung kaca itu bagaikan
bintang yang berkilauan yang dinyalakan dari pohon minyak yang diberkahi yaitu
pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidk pula di barat. Yang minyaknya
(saja) hampir-hampir menerangi. Walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas
adalah cahaya berlapis-lapis. Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya. Bagi
orang yang Dia kehendaki dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia
dan Allah maha mengetahui segla sesuatu. (an-Nur 35)
Penjelasan : Dalam ayat tersebut penggambaran cahaya
yang sangat megah. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa hiperbola.
2.
Ironi
majaz yang menyatakan makna yang
bertentangan, dengan maksud berolok-olok, maksud itu dapat dicapai dengan
mengemukakan 1)makna yang berlawanan dengan makna yang sebenarnya, 2)
kesesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya,
dan 3) kesesuaian antara harapan dan kenyataan. Ironi ringan disebut
humor, ironi berat disebut sarkasme.
a.
فَبَشِّرۡهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Maka
beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih (al-Ingsiqoq 24)
Penjelasan
: Allah menggunakan lafal kabar gembira untuk sesuatu yang tidak mengenakkan
yaitu azab yang pedih. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa ironi.
b.
وَإِذَا رَأَيۡتَ ٱلَّذِينَ يَخُوضُونَ فِيٓ ءَايَٰتِنَا فَأَعۡرِضۡ
عَنۡهُمۡ حَتَّىٰ يَخُوضُواْ فِي حَدِيثٍ غَيۡرِهِۦۚ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ
ٱلشَّيۡطَٰنُ فَلَا تَقۡعُدۡ بَعۡدَ ٱلذِّكۡرَىٰ مَعَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ
Dan
apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka
tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan
jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu
duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).
(Al-'An`ām 68)
Penjelasan
: Orang-orang membicarakan ayat Allah padahal mereka mengolok-oloknya. Gaya
bahasa ini termasuk gaya bahasa ironi.
c.
قَالَ ٱدۡخُلُواْ فِيٓ أُمَمٖ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِكُم مِّنَ
ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ فِي ٱلنَّارِۖ
Allah
berfirman: "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin
dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke
dalam neraka). (Al-'A`rāf 38)
Penjelasan
: Dalam ayat ini allah menggunakan lafal mempersembahakn masuk. Padahal
persembahan masuk tersebut untuk menuju jurang neraka. Gaya bahasa ini termasuk
gaya bahasa ironi.
d.
أَوَ لَمۡ يَهۡدِ لِلَّذِينَ يَرِثُونَ ٱلۡأَرۡضَ مِنۢ بَعۡدِ
أَهۡلِهَآ أَن لَّوۡ نَشَآءُ أَصَبۡنَٰهُم بِذُنُوبِهِمۡۚ وَنَطۡبَعُ عَلَىٰ
قُلُوبِهِمۡ فَهُمۡ لَا يَسۡمَعُونَ
Dan
apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah
(lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami azab mereka
karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat
mendengar (pelajaran lagi)?. (Al-'A`rāf 100)
Penjelasan
: Dalam ayat ini menggunakan وَنَطۡبَعُ
untuk pada lafal قُلُوبِهِمۡ dan efeknya adalah
mereka tidak mendengar pelajaran. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa ironi.
3.
Sarkasme
adalah gaya bahasa yang bermaksud mengolok-olok dengan
lebih pedas dan kasar dan menyakitkan hati.
a.
فَكَذَّبُوهُ فَأَنجَيۡنَٰهُ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥ فِي ٱلۡفُلۡكِ
وَأَغۡرَقۡنَا ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بَِٔايَٰتِنَآۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَوۡمًا
عَمِينَ
Maka
mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang
bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).
(Al-'A`rāf 64)
Penjelasan
: Dalam ayat ini menggunakan lafal buta bertujuan untuk mengejek secara
mendalam. Tetapi yang dimaksud adalah buta hatinya. Gaya bahasa ini termasuk
gaya bahasa sarkasme.
b.
قَالَ قَدۡ وَقَعَ عَلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡ رِجۡسٞ وَغَضَبٌۖ
أَتُجَٰدِلُونَنِي فِيٓ أَسۡمَآءٖ سَمَّيۡتُمُوهَآ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُكُم مَّا
نَزَّلَ ٱللَّهُ بِهَا مِن سُلۡطَٰنٖۚ فَٱنتَظِرُوٓاْ إِنِّي مَعَكُم مِّنَ ٱلۡمُنتَظِرِينَ
Ia
berkata: "Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari
Tuhanmu". Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang
nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal
Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu),
sesungguhnya aku juga termasuk orang yamg menunggu bersama kamu".(Al-'A`rāf
71)
Penjelasan
: Ayat ini menandakan pengolokan dengan memojokkan seseorang dan disini dengan
menggunakan lafal pemastian adzab kepada seseorang. Gaya bahasa ini termasuk
gaya bahasa sarkasme.
c.
لَّقَدۡ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوۡلَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ
فَقِيرٞ وَنَحۡنُ أَغۡنِيَآءُۘ سَنَكۡتُبُ مَا قَالُواْ وَقَتۡلَهُمُ
ٱلۡأَنۢبِيَآءَ بِغَيۡرِ حَقّٖ وَنَقُولُ ذُوقُواْ عَذَابَ ٱلۡحَرِيقِ
Sesungguhnya
Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya
Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan
perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan
(kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang mem bakar". ('Āli
`Imrān 181)
Penjelasan
: Dalam ayat ini perkataan orang kafir yang mana menghina allah dan
membanggakan dirisendiri dan dijawab dengan lafal yang memojokkan dan lafal
yang menunjukkan makar atau marah dengan lafal rasakan lah adzab yang membakar.
Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa sarkasme.
4.
Litotes (kebalikan
dari hiperbola) yaitu majas yang dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yang
bertentangan Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang sebenarnya.
a.
وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ
ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرٗا
Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil (al-Isro’ 24)
Penjelasan
: Ayat ini mengungkapkan atau merendahkan diri pada orang tua. Diamana
perbuatan itu adalah perbuatan baik. Penggunaan ini termasuk gaya bahasa
litotes.
b.
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami memohon pertolongan. (al-Fatihah 5)
Penjelasan : Ayat ini menunjukkan kerendahan seorang
hamba dan ini merepakan hal yang baik terutama ketika kita berdo’a. Penggunaan ini termasuk gaya bahasa litotes.
c.
ادعوا ربكم تضرعا وخفية. انه لا يحب المعتدين
Berdoalah kepada Tuhanmudengan rendah hati dan suara
yang lembut. Sungguh dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Penjelasan : Dalam ayat ini menunjukkan kerendahan
yang mana itu termasuk hal yang baik ketika berdo’a. Penggunaan ini termasuk gaya bahasa litotes.
d.
ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٞ وَلَهۡوٞ
وَزِينَةٞ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٞ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِۖ
كَمَثَلِ غَيۡثٍ أَعۡجَبَ ٱلۡكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ
مُصۡفَرّٗا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمٗاۖ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ عَذَابٞ شَدِيدٞ وَمَغۡفِرَةٞ
مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٞۚ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ
ٱلۡغُرُورِ
Ketahuilah sesungguhnya kehidupan
dunia itu hanyalah permainan dan kesenda gurauan, perhiasan dan saling
berbangga antara kamu serta berlomba dalam kekayaaan dan anak keturunan,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian (tanaman)
itu menjadi kering dan kamu liht warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat(nanti) ada azab yang keras
dan ampunan dari Allah serta keridhoaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain
hanyalah kesenangan yang palsu. (al-Hadid 20)
Penjelasan
: Ayat ini menggambarkan kerendahan kehiupan dunia yang hanya senang pada dunia
semata. Hal ini memotivasi untuk kebaikan dan tidak mementingkan keduniaan.
Penggunaan ini termasuk gaya bahasa litotes.
5.
Oksimoron yaitu Sejenis
gaya bahasa yang mengandung penegakan atau pendirian suatu hubungan sintaksis
antara dua antonim. Atau Gaya bahasa
yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan
dalam frase yang sama.
a.
يَسَۡٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡخَمۡرِ وَٱلۡمَيۡسِرِۖ قُلۡ فِيهِمَآ إِثۡمٞ
كَبِيرٞ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَإِثۡمُهُمَآ أَكۡبَرُ مِن نَّفۡعِهِمَاۗ وَيَسَۡٔلُونَكَ
مَاذَا يُنفِقُونَۖ قُلِ ٱلۡعَفۡوَۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمُ
ٱلۡأٓيَٰتِ لَعَلَّكُمۡ تَتَفَكَّرُونَ
Mereka
bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa
yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan."
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir (al-Baqoroh
219)
Penjelasan
: Allah menggunakan lafal yang mana sebuah pertentangan dimana pertama
menyatakan bahwa khomer itu dosa. Tetapi lafal selanjutnya memberi perlawanan
dengan khomer itu memiliki manfaat, tetapi dosanya lebih banyak. Gaya bahasa
ini termasuk gaya bahasa oksimoron.
b.
هو الاول و الاخر و الظاهر و الباطن. وهو بكل
شيء عليم
Dialah yang awal yang akhir yang zahir yang batin dan
Dia Maha mengetahui segala sesuatu.
Penjelasan : Allah menggunakan dua kata yang
bertententangan dalam satu kalimat yaitu awal dengan akhir dan zahir dengan
batin. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa oksimoron.
c.
الله الذي خلق السموت والارض وانزل من السماء
ماء فاخرج به من الثمرات رزقا لكم. وسخر لكم الفلك لتجري في البحر بامره. و سخر
لكم الانهار
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan
menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian dengan air hujan itu Dia
mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezki untukmu dan Dia telah
menundukkan kpal bagimu agar berlayar di larutan dengan kehendak-Nya dan Dia
telah menundukkan sungai-sungai bagimu.
Penjelasan : Dalam ayat ini menggunakan dua hal yang
berbeda atu berlawanan yaitu langit dan bumi. Gaya
bahasa ini termasuk gaya bahasa oksimoron.
C. Gaya Bahasa Pertautan
1. Metonimi atau Majas Mursal yaitu
Majas yang memiliki hubungan yang tidak langsung antara makna haqiqi dan makna majzi.
a.
فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu
(al-Baqoroh 185)
Penjelasan : Allah menggunakan lafad الشَّهْرَ
yang berarti bulan (tanggal) yang dimaksud adalah bulan Ramadan. Padahan bulan
tersebut tidak bias dilihat kecuali bulan sabit (هلال).
Dengan demikian bulan tersebut bermakna majazi. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa metonimi.
b.
وَءَاتُواْ ٱلۡيَتَٰمَىٰٓ أَمۡوَٰلَهُمۡۖ
Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang
sudah balig) harta mereka (an-Nisa’ 2)
Penjelasan : Lafadz اليتامي
yang bermakna anak-anak yatim. Tidak berti ketika anak tersebut langsung diberi
harta warisan. Tetapi lafadz yatim tersebut yang dimaksud anak yatim ketika
sudah dewasa. Maka lafadz tersebut bermakna majazi. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa metonimi.
c.
اني اراني اعصر خمرا
Berkatalah salah seorang dari
keduanya “Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku memeras khamar” (Yusuf)
Penjelasan : Firman Allah
menggunakan خمرا yang bermakna Anggur.
Apakah yang dimaksud tersebut? Bukan, yang dimaksud adalah Anggur العنب. Karena yang bias diperas adalah العنب
bukan خمرا. Maka itu bermakna
majazi. Gaya bahasa ini
termasuk gaya bahasa metonimi.
d.
واسال القرية التي كنافيها
Dan tanyalah (penduduk) negeri
yang kami berada disitu (Yusuf 82).
Penjelasan : lafadz القرية
yang bermakna desa. Apakah kita bertanya pada desa? Tidak. Tetapi yang dimaksud
adalah penduduk desa. Maka lafadz القرية
diartikan dengan penduduk desa. Maka lafadz ini bermakna majazi. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa metonimi.
e.
واما الذين ابيضت وجوههم ففي رحمة الله
Adapun orang-orang yang putih
berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (Ali Imron)
Penjelasan : Dalam firman Allah menggunakan وجوههم
yang berarti dalam rahmat allah. Pertanyaan yang muncul. Apakah bias orang
berada pada rahmad allah? Tidah. Berarti lafadz وجوههم
bermakna majazi. Yang dimaksudkan pada lafadz tersebut adalah surge. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa metonimi.
2.
Kesopanan atau Eufemisme yaitu
Ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti uangkapan yang dirasa kasar.
a.
احل لكم ليلة الصيام الرفث الي نسائكم
Dihalalkan bagi kamu pada malam
hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu (187)
Penjelasan : Dalam firman Allah
menggunakan lafal الرفث
yang berarti bercampur. Tetapi dalam konteks ini yang dimaksudkan adalah
bersetubuh. Dimana diperhalus dengan lafadz bercampur. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa kesopanan.
b. وَيَوۡمَ
يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيۡهِ
Dan (ingatlah) hari ketika itu orang yang
lazim menggigit kedua tangannya (al-Furqon 27)
Penjelasan : Allah menggunakan lafadz يعض الظالم علي يديه untuk memperhalus
dimana makna yang dimaksud bukan lah mengigit tangan tetapi bermakna
penyesalan. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa
kesopanan.
c. إِنَّ هَٰذَآ
أَخِي لَهُۥ تِسۡعٞ وَتِسۡعُونَ نَعۡجَةٗ
Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai Sembilan puluh Sembilan ekor kambing betina
(Shad 23)
Penjelasan : Dalam ayat ini menggunakan
lafadz نعجة tidak menggunakan Mar’ah. Dalam konteks
ini juga bermakna betina tetapi lebih menggunakan lafadz yang lebih sesuai dan
halus yaitu نعجة. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa kesopanan.
d. وَحَمَلۡنَٰهُ
عَلَىٰ ذَاتِ أَلۡوَٰحٖ وَدُسُرٖ
Dan kami angkat Nuh keatas (bahtera) yang terbuat dari
papan dan paku. (al-Qomar 13)
Penjelasan : الواح و
دسر lafadz ini digunakan untuk mengganti lafal yang diinginkan
yaitu Syafinah (bahtera). Tetapi untuk menghaluskan ungkapan allah lebih
memilih menggunakan الواح و دسر untuk menyebutkan
sebuah bahtera. Gaya bahasa ini
termasuk gaya bahasa kesopanan.
e. وَثِيَابَكَ
فَطَهِّرۡ
Dan pakaianmu bersihkanlah (al-Mudatsir 4)
Penjelasan : Ayat ini menggunakan lafal وثيابك yang dimaksud adalah wanitamu atau
istrimu. Dimana lafal ini untuk menghaluskan dan mengelokkan dengan menggunakan
lafal وثيابك.
Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa kesopanan.
f. فَلَمَّا
تَغَشَّىٰهَا حَمَلَتۡ حَمۡلًا خَفِيفٗا فَمَرَّتۡ بِهِۦۖ
Maka setelah dicampurinya, istrinya itu
mengandung yang ringan dan teruslah dia merasa ringan (al-A’rof 189)
Penjelasan : Allah berfirman pada ayat ini
menggunakan lafal تغشاها dimana lafal ini
memperhalus dari makna aslinya yaitu bersetubuh atau menjima’ seorang istri
hamil muda. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa
kesopanan.
3. Sinekdoke yaitu Majas yang
menyebutkan sebagian sebagai pengganti keseluruan atau kebalikannya.
a.
يجعلون اصابعهم في اذانهم من الصواعق حذر الموت
Mereka menyumbat telinganya dengan
anak jarinya, karena mendengar suara petir , sebab takut akan mati.
Penjelasan : Allah menggunakan
lafadz اصابعهم yang bermakna asli
jari-jarinya. Tetapi apakah semua jari bias masuk kedalam telinga? Tidak.
Tetapi lafadz اصابعهم yang dimaksudkan
sebagian jemarinya yaitu anak jari. Berarti lafadz اصابعهم
termasuk memiliki makna majazi yang tertulis keseluruhan yang dimaksud hanya
sebagian. Gaya bahasa ini
termasuk gaya bahasa sinokdoke.
b.
فرحعناك الي امك كي تقر عينها ولاتحز
Maka Kami mengembalikanmu kepada
ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita (Thaha 40)
Penjelasan : Allah menggunakan عينها
yang berarti mata. Tetapi apakah orang senang hanya dengan mata? Tidak. Tetapi
yang dimaksudkan adalah seluruh badan mereka. Berarti lafadz عينها termasuk majas yang dimaksud adalah seluruh tubuhnya. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa sinokdoke.
c.
يَقُولُونَ بِأَفۡوَٰهِهِم مَّا لَيۡسَ فِي قُلُوبِهِمۡۚ
Mereka mengatakan dengan mulutnya
apa yang tidak terkandung dalam hatinya (Ali Imron 167)
Penjelasan : Menggunakan lafadz بافواههم dalam al-Qur’an yang berarti mulut-mulut
mereka. Maka timbul pertanyaan, apakah berbicara dengan mulud? Tidak. Tetapi
berbicara dengan lisan. Berarti بافواههم
itu bermakna majazi yang dimaksudkan adalah lisan. Yang dituliskan seluruh
mulud tetapi yang dimaksud sebagianny yaitu lisan. Gaya bahasa ini termasuk gaya bahasa sinokdoke.
d.
اقم الصلاة لدلوك الشمس الي غسق اليل و قرءان
الفجر
Dirikanlah sholat dari sesudah
matahari tergelincir sampai gelap malam dan dirikanlah pula sholat subuh
(al-Isro’ 78)
Penjelasan : Dalam ayat tersebut,
manusia hanya diperintah untuk sholat dua waktu saja. Tetapi apakah kewajiban
orang islam hanya sholat sehari dua kali? Tidak, tetapi yang dimaksudkan pada
ayat tersebut adalah sholat lima waktu sehari. Dalam ayat tersebut hanya menyebutkan
sebagian dari keseluruhan. Gaya
bahasa ini termasuk gaya bahasa sinokdoke.
e.
فَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ حِينَ تُمۡسُونَ وَحِينَ تُصۡبِحُونَ
Maka bertasbihlah kepada allah
diwaktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh (ar-Rum
17)
Penjelasan : Ayat tersebut hanya
mewajibkan kita untuk bertasbih saja. Tetapi, apakah kita hanya wajib bertasbih
saja? Tidak. Tetapi kita diwajibkan untuk sholat. Dimana bertasbih itu bagian
dari sholat. Ayat tersebut hanya mengungkapkan sebagian tetapi yang dimaksud
adalah keseluruhan. Gaya bahasa ini
termasuk gaya bahasa sinokdoke.
0 komentar:
Posting Komentar