12/12/16
TEORI STRUKTURALISME SEMIOTIK
Teori Strukturalisme –Semiotik
Oleh :
Muhammad Sayyidul Arwan
A. Historisitas Munculnya Teori
Strukturalisme-Semiotik
Kelahiran kembali strukturalisme awal abad
ke-20, yang kemudian disusul oleh semiotika, khususnya sebagai akibat stagnasi
strukturalisme. Sebagian literature sastra, termasuk Handbook of Semoitics,
menyebutkan bahwa semiotika merupakan akibat langsung formalisme dan
strukturalisme. Menurut Noth, ada empat tradisi yang melatarbelakangi kelahiran
semiotika, yaitu: semantic, logika, retorika, dan hermeneutika. Karena rasa
ketidakpuasaan terhadap teori strukturalisme, teori ini muncul bahwa karya
sastra tidak cukup dipahami dengan strukturnya saja melainkan melalui tanda dan
petanda, karena karya sastra tidak lepas dari persoalan-persoalan pembaca,
ekspresi dan penciptaannya.[1]
Secara definitive, menurut Paul Cobley dan Litza
Janz, semiotika berasal dari bahasa Yunani yaitu kata seme berarti
penafsir tanda. Literature lain, mengatakan bahwa semiotika berasal dari kata
semeion, yang berarti tanda. Dalam pengertian yang lebih luas sebagai
teori, semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda,
bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia.
Kehidupan manusia dipenuhi dengan tanda, dengan
perantara tanda-tanda proses kehidupan menjadi lebih efisien dan manusia dapat
berkomunikasi dengan sesamanya sekaligus mengadakan pemahaman yang lebih baik
terhadap dunia .
Meskipun pengkajian mengenai tanda dilakukan sepanjang
abad, namun pengkajian secara benar-benar ilmiah baru dilakukan pada awal abad
ke-20, yang dilakukan oleh dua orang ahli yang hidup pada masa yang sama,
dengan konsep dan paradigm yang hamper sama, tetapi sama sekali tidak saling
mengenal. Kedua orang tersebut adalah
Ferdinand de Saussure(1857-1913) ahli bahasa dan Charles Sanders Pierce
(1839-1914) ahli filsafat dan logika.[2]
B. Unsur-unsur Internal Teks Menurut Teori
Strukturalisme-Semiotik
Adapun unsur-unsur internal pembangun teks karya
sastra menurut teori Strukturalsime-Semiotik adalah: sistem tanda-tanda dan
simbol-simbol yang ada pada teks karya sastra.
C. Unsur-unsur Eksternal Teks Menurut Teori
Strukturalisme-Semiotik
Adapun unsur-unsur eksternal pembangun teks
karya sastra menurut teori Strukturalsime-Semiotik adalah: unsur diluar tanda
yang berkaitan dan memiliki relasi terhadap system tanda yang ada pada teks
karya sastra, seperti: lingkungan, pendidikan, sosial, ekonomi, pengarang,
agama dan lainnya.
D. Pendekatan Teori Strukturalisme-Semiotik
Pendekatan yang dipilih oleh teori ini untuk
mengkaji suatu karya sastra adalah dengan pendekatan
objektif-semiotik/simbolis. Pendekatan yang mengkombinasikan antara pendekatan
objektif yang memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur intrinsik
(internal teks) dengan pendekatan semiotik/simbolis yang memusatkan
perhatiannya pada sistem tanda yang ada dalam suatu karya sastra.
E. Asumsi Teori Strukturalisme-Semiotik Terhadap
Sebuah Karya Sastra
Asumsi-asumsi yang dimilki teori
Strukturalisme-Semiotik terhadap sebuah karya sastra adalah sebagai berikut:
1.
Karya sastra sebagai cetusan ide penuh simbol.
2.
Karya sastra sebagai ekspresi bahasa yang kaya
makna.
3. Karya sastra sekalipun merupakan lambang-lambang
kebahasaan memiliki makna dramatis.
4. Tanda-tanda hendaknya dihubungkan dengan sistem
tanda yang berada diluar tanda supaya ditemukan suatu makna baru.
5.
Terdapat kepentingan antara pembaca dan penulis
karya sastra.
6.
Karya sastra dibangun atas kemolekan tanda yang
penuh makna.
F. Metode atau Prosedur Operasional Teori
Strukturalisme-Semiotik
Metode-metode operasional yang ditempuh oleh
teori Strukturalisme-Semiotik dalam menganalisis suatu karya sastra adalah
sebagai berikut:
1.
Membangun teori strukturalisme-Semiotik sastra
sesuai dengan genre yang diteliti.
2. Melakukan pembacaan secara cermat, mencatat
sistem tanda, symbol-simol dalam bacaan karya sastra tersebut.
3.
Studi diawali dari kajian unsur intrinsik
(kesatuan dan koherensinya) sebagai data dasar yaitu tanda.
4. Kemudian, langkah selanjutnya menghubungkan
tanda-tanda dengan realitas masyarakatnya.
G. Kelebihan Teori Strukturalisme-Semiotik
1. Memberikan pemahaman makna dan
simbolik baru dalam membaca karya sastra.
2. Menyempurnakan teori-teori lain
seperti structural, stilistika, sosiologi dll.
3. Analisisnnya lebih sepesifik dan
komprehensif.
H.
Kekurangan Teori Strukturalisme-Semiotik
1. Pendekatan ini memerlukan banyak dukungan ilmu bantu yang lain seperti
linguistik, sosiologi, psikologi dll.
2. Diperlukan kematangan konseptual tentang sastra, wawasan luas dan
teorinya, jika tidak makna yang ada dalam teks akan kurang tereksplor diketahui
oleh pembaca, malahan cendrung menggunakan subjektifitasnya yang menapikan itu
semua dan itu sangat riskan sekali untuk meneliti dengan teori ini.
I. Teori Strukturalisme-Semiotik Charles Sanders Prerce
Menurut
Peirce, Semiotika bersinonim dengan logika, manusia hanya berpikir dalam tanda.
Tanda dapat dimaknai sebagai tanda hanya apabila ia berfungsi sebagai tanda.
Fungsi esensial tanda menjadikan relasi yang tidak efisien menjadi efisien baik
dalam komunikasi orang dengan orang lain dalam pemikiran dan pemahaman manusia
tentang dunia. Tanda menurut Pierce kemudian adalah sesuatu yang dapat
ditangkap, representatif, dan interpretatif.
Ada beberapa
konsep menarik yang dikemukakan oleh Pierce terkait dengan tanda dan interpretasi
terhadap tanda yang selalu dihubungkannya dengan logika.[3]
Yakni segitiga tanda antara Ground, Denotatum, dan Interpretant.
1.
Ground adalah
dasar atau latar dari tanda, umumnya berbentuk sebuah kata. Dalam Ground
terdapat konsep mengenai Qualisigns, Sinsigns, dan Legisigns.
2.
Denotatum adalah
unsur kenyataan tanda. Dalam Denotatum terdapat konsep berupa Icon, Index,
Symbol.
3. Interpretant adalah interpretasi terhadap
kenyataan yang ada dalam tanda. Dimana dari ketiga konsep tersebut dilogikakan
lagi kedalam beberapa bagian yang masing-masing pemaknaannya syarat akan
logika. Dalam interpretant terdapat konsep berupa Rheme, Decisign, dan Argument.
0 komentar:
Posting Komentar